Mercurial Essays

Free Essays & Assignment Examples

PERAN DOKTER HEWAN DALAM KEHIDUPAN DI ALAM LIAR DA

PERAN DOKTER HEWAN DALAM KEHIDUPAN DI ALAM LIARDAN DALAM KESEHATAN EKOSISTEM
UTS PENGHAYATAN PROFESIDOKTER HEWAN
1634490318770
DISUSUN OLEH:
NAMA: CHRISTIAN HADI ASMORO
NPM: 130210170023
PRODI: KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS: KEDOKTERAN
UNIVERTITAS PADJAJARAN
TAHUN 2017
BABI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Semua bentuk kehidupanbiotikseperti manusia,ssatwa, tumbuhan, dan bahkan mikroba saling memiliki keterkaitandengan lingkungan abiotik di dalam sistem ekologi. Spesies satwa liar dalam sistem tersebut memiliki nilai intrinsik tersendiri namun tetap terhubung dengan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dengan demikian, usaha untuk menjaga ekosistem yang mendukung kehidupan satwa liar tersebut menjadi tanggung jawab masyarakat baik pada lingkungan sekitar, maupun pada cakupan yang lebih luas lagi.Kurangnyaveteriner yang ahli untuk mengatasi kesehatan satwa liar dankerusakan ekosistem dapat mengakibatkan penurunan jumlahsatwasecara signifikan dan kepunahan spesies hewan yang belum terjadi sebelumnya(Wilcove and Master, 2005), meningkatnya permasalahan pada satwa liar dan penyakit zoonosis(Daszak et al., 2000; Jones et. al., 2008), dan dampak dari pencemaran lingkungan seperti merkuri(Pacyna et al., 2006), racun berbahaya dari alga yang mekar(Anderson et al., 2002), gangguan endokrin(Blazer et al., 2007; Guillette, 2006; Ross, 2005), dan karsinogen(Martineau et al., 2002). Bahaya ini tentu saja akan mempengaruhimakhluk hidup, terutama manusia dan hewan. Menyebabkan berkurangnya sumber makanan, epidemi penyakit menular, gangguan dalam perkembangan seksual, kelainan tiroid, gangguan saraf, kerusakan hati dan organ lainnya, seperti kanker, dan tekanan psikologis. Paparan secara tidak langsung dapat terjadi melalui bahan konsumsinya, seperti ikan dan kerang, dimana bahan kimiayangberbahaya dan bersifat patogen dapat menumpuk.

TUJUAN PENULISAN

Mengetahui Hubungan Antara Manusia – Hewan – Ekosistem
Mengetahui Peran Dokter Hewan dalam Kesehatan Satwa Liar dan Ekosistem
Mengetahui Peran Dokter Hewan dalam Kesehatan Populasi Satwa Liar
Mengetahui Peran Dokter Hewan dalam Organisasi Non-Pemerintah
Mengetahui Keanggotaan Dokter Hewan dalam Asosiasi Margasatwa
Mengetahui Peran Dokter Hewan dalam Perawatan Hewan di Kebun Binatang
Mengetahui Peran Dokter Hewan yang Bekerja di Kebun Binatang dan Aquarium
Mengetahui Keanggotaan Dokter Hewan Kebun Binatang di Asosiasi Margasatwa
Mengetahui Peran Dokter Hewan di Ekosistem Laut dan Mamalia Laut
Mengetahui Keanggotaan Dokter Hewan di Asosiasi Internasioal untuk Hewan Air
Mengetahui Peran Dokter Hewan dalam Rehabilitasi Satwa Liar
Mengetahui Peran Dokter Hewan dalam Toksikologi Lingkungan, Margasatwa, dan Ekologis



BAB II
ISI
Hubunganantara manusia – hewan – ekosistem
Jika kita meninjau ke Amerika Serikat, kita dapat menyimpulkan bahwa jumlah orang amerika yang hidupnya berfokus pada bidang satwa liar dan jumlah sektor swasta yang terkait hal tersebut sangat luar biasa. Pada tahun 2006saja, sudah lebih dari 87 juta orang Amerika yang berusia 16 tahun keatas sangat menikmati bentuk rekreasi yang berhubungan dengan satwa liar. Dan menghabiskan $122 miliar, sekitar 1% dari produk domestik bruto (PDB) A.S. (FWS, 2007). Kegiatan ekonomi ini bergantung pada melimpahnya satwa liar yang sehat, yang indah untuk disaksikan, dan ikan yang melimpah serta aman untuk dikonsumsi manusia. Menyadari dan menghindari dampak utama faktor penyebab melemahnya kesehatan dan reproduksi hewan di alam liar merupakan tanggung jawab utama bagi dokter hewan ekologis. Tantangan yang signifikan dan tidak diimbangi dengan jumlah dokter hewan yang memadaimasih menjadi hambatan. Di Amerika Serikat, banyak spesies invertebrata, ikan, amfibi, burung, dan mamalia yang terancam punah. Jika pengelolaan satwa liar tidak segera membaik, tempat rekreasi beserta manfaat ekonomi nya pun akan mengalami penurunan.
Sebagai kelompok hewan yang dapat bebas bergerak, satwa liar pun dapat membawa penyakit ke dan dari hewan peliharaan serta manusia. Contohnya seperti penyakit influenza yang seringkali muncul pada burung liar dan menginfeksi unggas domestik, babi, dan spesies lainnya. Brucellosis yang berasal dari ternak sekarang ditemukan di rusa dan banteng. Penyakit satwa liar seperti virus west nile, penyakit lyme, dan infeksi hantavirus juga dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Dalam beberapa kasus, satwa liar dan penyakit yang mereka bawa berhubungan dengan manusia dan hewan peliharaan karena habitat satwayang menyusutatau terdegradasi, yang kemudian akan menghasilkan peningkatan wabah penyakit yang merusak populasi satwa liar dan keberlanjutan. Pengenalan spesies eksotis juga membawa penyakit baru ke satwa liar,seperti pada kasus infeksi jamur chytrid yang telah membnug katak. Oleh karena itu, petugas kesehatannya harus memiliki kunci dalam membatasi risiko penyakit tersebut melalui survey, diagnosis, dan penerapan tindakan pengendalian.
Keahliandokter hewandalam kesehatan satwa liar dan ekosistem sangat penting untuk melakukan kegiatan eksplorasi yang efisien dan implikasi luas terhadap kesehatan manusia, namun jumlah dokter hewan yang terlibat dlaam sektor ini relatif kecil. Ketika dokter hewan melakukan pendekatan interdisipliner untuk memahami efek kesehatan dari ekosistem yang rusak, efektivitas yang besar akan bergantung pada sekolah dimana dokter hewan itu dididik untuk memperluas pengetahuan dan pengaruh nya, serta sebagai sumber daya manusia yang tersedia untuk mendukung penelitian, pelatihan lanjutan, dan pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Sebuah paradigma baru untuk pendidikan kedokteran hewan sangat diperlukan, memerlukan keberanian dan usaha dari para pemimpin profesi untuk membalikan perbedaan badan kesehatan manusia dan hewan selama 30 tahun terakhir (salman, 2009) dan untuk mengadakan hubungan diantara pemimpin profesi, lingkungan, kesehatan satwa liar, hewan peliharaan, dan manusia.

Hubungan ini merupakan inisiatif dari yayasan”One Health” (http://www.onehealthinitiative.com) , sebuah kolaborasi di bidang dokter manusia, dokter hewan, ahli biologi konservasi, ahli ekologi, dan disiplin ilmu kesehatan lainnya(Sherman, 2002; Kahn et al., 2007; Kaplan et al., 2009).One health berusahan mendukung konsep holistik tentang kesehatan yang memiliki keterkaitan kompleks antara penyakit manusia, ternak, unggas, dan satwa liar (lihat tabel 1)
Aliansi EcoHealth (yang sampai September 2010, disebut Wildlife Trust), didirikan pada tahun 1971, merupakan yang paling awal untuk menangani hubungan penting antara kesehatan manusia, hewan, danekosistem (Daszak et al., 2004). Pada tahun 2004, Wildlife Conservation Society (WCS) menarik perhatian duniatentang penderitaan satwa liarserta risiko kesehatan yangtumbuhdari perdagangan satwa liar dan daging. WCS menggarisbawahi keprihatinan ini dalam “Prinsip Manhattan” (Kotak2), dan merekomendasikan bahwa ilmu kesehatan satwa liar menjadi komponen penting dalam pencegahan, pengawasan, pemantauan, pengendalian, dan mitigasi penyakit global.

We Will Write a Custom Essay Specifically
For You For Only $13.90/page!


order now


KOTAK 1

Excerpts from the Executive Summary of One Health:

A New Professional Imperative

The convergence of people, animals, and our environment has created a new dynamic in which the health of each group is inextricably interconnected. The challenges associated with this dynamic are demanding, profound, and unprecedented. While the demand for animal-based protein is expected to increase by 50% by 2020, animal populations are under heightened pressure to survive, and further loss of biodiversity is highly probable.

On top of that, of the 1,461 diseases now recognized in humans, approximately 60% are due to multi-host pathogens characterized by their movement across species lines. And, over the last three decades, approximately 75% of new emerging human infectious diseases have been zoonotic. Our increasing interdependence with animals and their products may well be the single most critical risk factor to our health and well-being with regard to infectious diseases.


There is a growing concern that the world’s latest generationcould be the first in history to experience a reduction in life expectancy and health in general. Yet, veterinary and human medicines are considered separate entities and the obvious links between them frequently ignored. According to the KPMG study, “The Current and Future Market for Veterinarians and Veterinary Medicine in the United States,” published in May of 1999, “our traditional approaches and past requisite skills and levels of knowledge may not be commensurate with the rapid changes and new demands of food-animal industries and the shifting requirements needed for the corporate and public opportunities in the future. These include public health, biomedical research, and the global food system.”




The Need for a Holistic, Collaborative Approach

One strategy to better understand and address the contemporary health issues created by the convergence of human, animal, and environmental domains is the concept of One Health. Although the concept of One Health is not new, our increasing interdependence with animals and their products has spurred the medical and veterinarian professions to readdress such an approach. This approach would encourage the collaborative efforts of multiple disciplines working locally, nationally, and globally, to attain optimal health for people, animals, and our environment.




Partnership is Critical to Success

The veterinary medical profession must implement solutions to the critical workforce challenges in collaboration with multiple professions, including public health, human medicine, bio-engineering, animal science, environmental science, and wildlife. By working together, more can be accomplished to improve health worldwide, and the veterinary medical profession has the responsibility to assume a major leadership role in that effort. One Health calls for the collaborative efforts of multiple disciplines working locally, nationally, and globally to attain optimal health for people, animals and our environment.


SOURCE: AVMA, 2008.


PeranDokter hewanDalam Kesehatan Satwa Liar dan Ekosistem
Dokter hewan memberikan kontribusiyang penting kepadakebun binatang, konservasi satwa liar, dan ekosistem dengan memfokuskan usaha mereka pada kesehatan spesies mulai dari karang (Work et al., 2008),invertebrata (Lutz-Collins et al., 2009),ikan (Goldberg et (2002), burung (Franson et al., 2007), dan mamalia (misalnya tikus pengerat,kelelawar, karnivora, ruminansia, paus, dan primata termasuk manusia) (Martineau et al., 2002; Goldberg et al., 2007, 2008). Di sektormargasatwa, dokter hewandihadapkan dengan konsekuensi kontaminan lingkungan dan wabah penyakit menular yang berpotensi mengancam hewan liar dan hewan peliharaan serta manusia. Karena luasnya daerah, spesies, dan masalah yang terlibat dalamkepunahan yang terus berlanjut(Pimm et al., 1995; Raven, 2002; IUCN, 2008), dokter hewanmemiliki tantangan yang melimpah dan cukup menantang.

Kotak 2
The Manhattan Principles on “One World, One Health”
Recent outbreaks of West Nile Virus, Ebola Hemorrhagic Fever, SARS, Monkey pox, bovine spongiform encephalopathy, and Avian Influenza remind us that human and animal health are intimately connected. A broader understanding of health and disease demands a unity of approach achievable only through a consilience of human, domestic animal and wildlife health – One Health. Phenomena such as species loss, habitat degradation, pollution, invasive alien species, and global climate change are fundamentally altering life on our planet from terrestrial wilderness and ocean depths to the most densely populated cities. The rise of emerging and resurging infectious diseases threatens not only humans (and their food supplies and economies), but also the fauna and flora comprising the critically-needed biodiversity that supports the living infrastructure of our world. The earnestness and effectiveness of humankind’s environmental stewardship and our future health have never been more clearly linked. To win the disease battles of the 21st Century while ensuring the biological integrity of the Earth for future generations requires interdisciplinary and cross-sectoral approaches to disease prevention, surveillance, monitoring, control and mitigation, as well as to environmental conservation more broadly.


We urge the world’s leaders, civil society, the global health community and institutions of science to:
1. Recognize the essential link between human, domestic animal, and wildlife health and the threat disease poses to people, their food supplies and economies, and the biodiversity essential to maintaining the healthy environments and functioning ecosystems we all require.


2. Recognize that decisions regarding land and water use have real implications for health. Alterations in the resilience of ecosystems, and shifts in patterns of disease emergence and spread manifest themselves when we fail to recognize this relationship.


3. Include wildlife health science as an essential component of global disease prevention, surveillance, monitoring, control, and mitigation.


4. Recognize that human health programs can greatly contribute to conservation efforts.


5. Devise adaptive, holistic, and forward-looking approaches to the prevention, surveillance, monitoring, control, and mitigation of emerging and resurging diseases that take the complex interconnections among species into full account.


6. Seek opportunities to fully integrate biodiversity conservation perspectives and human needs (including those related to domestic animal health) when developing solutions to infectious disease threats.


7. Reduce the demand for and better regulate the international live wildlife and bushmeat trade not only to protect wildlife populations but to lessen the risks of disease movement, cross-species transmission, and the development of novel pathogen-host relationships. The costs of this worldwide trade in terms of impacts on public health, agriculture, and conservation are enormous, and the global community must address this trade as the real threat that it is to global socioeconomic security.


8. Restrict the mass culling of free-ranging wildlife species for disease control to situations where there is a multidisciplinary, international scientific consensus that a wildlife population poses an urgent, significant threat to human health, food security, or wildlife health more broadly.


9. Increase investment in the global human and animal health infrastructure commensurate with the serious nature of emerging and resurging disease threats to people, domestic animals, and wildlife. Enhanced capacity for global human and animal health surveillance and for clear, timely information-sharing (that takes language barriers into account) can only help improve coordination of responses among governmental and nongovernmental agencies, public and animal health institutions, vaccine/pharmaceutical manufacturers, and other stakeholders.


10. Form collaborative relationships among governments, local people, and the private and public (i.e., non-profit) sectors to meet the challenges of global health and biodiversity conservation.


11. Provide adequate resources and support for global wildlife health surveillance networks that exchange disease information with the public health and agricultural animal health communities as part of early warning systems for the emergence and resurgence of disease threats.


12. Invest in educating and raising awareness among the world’s people and in influencing the policy process to increase recognition that we must better understand the relationships between health and ecosystem integrity to succeed in improving the prospects for a healthier planet.


SOURCE: Cook et al., 2004.


Menentukanberapa banyak dokter hewandipekerjakan dalam pekerjaan yang berkaitan dengan satwa liar dan kesehatan ekosistem sangat menantang karena datanya tidak terkempuldi satu tempat, seperti daftar keanggotaan AmericanVeterinarianMedical Association (AVMA). Meskipun AVMA mencakup beberapa dokter hewan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai pekerja hewaneksotis dan margasatwa, yang lainnyacenderung menjadi anggota kelompok khusus, seperti American Association of Zoo Veterinarians (AAZV), American Association of Wildlife Veterinarians (AAWV), dan Wildlife Disease Association(WDA).Dokter hewan lainnyayang bekerja pada satwa liar dan kesehatan ekosistem mungkin hanya berafiliasi dengan badan khusus, seperti American College of Veterinary Pathologists (ACVP), yang tidak membedakan anggota sesuai jenis hewan yang diteliti atau lingkungan penelitian. Beberapa ahli patologi, misalnya, hanya bekerja pada binatang piaraan, yang lain hanya menyerang hewan pengerat atau primata, dan masih ada spesies lain termasuk satwa liar terestrial dan perairan.

Hal ini mengakibatkansulit untuk memprediksi jumlah pekerjaan yang tersediabagi dokter hewandi masa depan, sebagian karena keragaman dan spesifisitas situasi yang menghasilkan permintaan. Berbeda dengan sektor profesi lainnya, persiapan untuk bekerjadi sektor ini dapat menjadi tantangan yang lebih besar karena populasi hewan, ekosistem, dan interaksinya dengan aktivitas manusia berbedadi setiapnegara dan wilayah. Beberapa pekerjaan mungkin tidak diklasifikasikandenganmembutuhkan DVM, namun bisa diisi oleh dokter hewan. Terlepas dari tanggung jawab yang sangat luas, lembaga federal dan negara bagian yang bertanggung jawab atas kesehatan satwa liar dan ekosistem tidak menunjukkan tanda-tanda perluasan staffdokter hewanmereka secara berarti;Namun,dengan mudah mengakui bahwa keahlian kedokteran hewan mereka saat ini tidak memadai untuk memenuhi misi mereka. Sampai keahlian untuk DVM di sektor ini menjadi permintaan yang eksplisit dan teridentifikasi dengan baik, lulusan sekolah kedokteran hewan harus mendefinisikan ceruk mereka sendiri di alam liar dan kesehatan ekosistem dengan mengidentifikasi kebutuhan, dan dengan menetapkan nilai tambah yang mereka bawa ke posisi yang ada sebagai DVM.

Dokter hewan yang terlibat dalam kesehatan satwa liar dan ekosistem meliputi lembaga federal dan negara bagian dan laboratorium, universitas negeri dan swasta, organisasi non-pemerintah (LSM), dan kebun binatang, akuarium, dan taman laut dan margasatwa yang dapat dioperasikan secara publik atau swasta. Karena banyak dari institusi ini memiliki tujuan lain namun tetapmelakukan aktivitas serupa di tempat para dokter hewan terlibat, peran dokter hewan di lingkungan margasatwa dan kesehatan ekosistem dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dalam konteks bidang tanggung jawab utama mereka, yang meliputi: 1 ) pengelolaan kesehatan populasi satwa liar; 2) kebun binatang; 3)kehidupanlaut dan kesehatan mamalia laut; 4) rehabilitasi satwa liar; dan 5) toksikologi lingkungan, satwa liar, atau ekologi. Karir para dokter hewanmenganggap tanggung jawab semacam itu dapat berfokus pada penelitian diagnostik, dasar dan terapan, dan / atau kegiatan penatalayanan.


Peran Dokter Hewan dalamPengelolaan Kesehatan Populasi Satwa Liar
Dokter hewan yang pekerjaannya berkaitan dengan kesehatandanpopulasi satwa liar mencakup spesialis epidemiologi, patologi, penyakit menular, toksikologi, biologi reproduksi, farmakologi, relokasi, anestesiologi, pengelolaan spesies langka dan reintroduksi, kesehatan masyarakat, dan pengobatan klinis. Mereka sering memiliki keahlian di lebih dari satu spesialisasi di atas dan bekerja dalam pengaturan tim dengan spesialis di bidang lain. Contohsalah sutukegiatannya adalahdi mana mereka terlibatdalammelestarikan satwa liar dengan mendiagnosis penyebab kematian, tindakan pengelolaan untuk mempromosikan populasi satwa liar yang sehat, memulihkan jumlah spesies yang terancam punah, dan melindungi populasi hewan manusia dan domestik dari ancaman agen infeksius atau racun bahan kimia di alam liar.

Dokter hewanbidangsatwa liardiberikan keahlian dalam menanganipenularanpenyakitmenularantarsatwa liar di dalam negeri. Mencegah pergerakan penyakit antara satwa liar dan spesies dalam negeri, misalnya, melibatkan vaksinasi satwa liar (sepertivaksinrabiespadarakun di Amerika Serikat) atau penggunaan strategi alternatif seperti memvaksinasi makanan domestikdan hewankesayangan, menentukan produksi hewan ternak secara rasional, dan mengurangi kontak antara hewan domestik dan satwa liar.


Peran Dokter Hewandalam Organisasi Non-Pemerintah
Beberapa organisasi nonpemerintah memiliki program yang sudah berjalan lama di bidang kesehatan satwa liar, termasukWildlife Conservation Society (WCS FVP), melakukan penelitian yang berfokus pada ancaman terhadap satwa liar, termasuk spesies yang terancam punah, dengan penekanan pada pelatihan dokter hewan liar dalam negeri untuk penatalayanan dan upaya penelitian di seluruh dunia. WCS FVP juga secara rutin terlibat dalam memberikan nasehat, diinformasikan oleh perspektifdokter hewandan ekologi, mengenai kebijakanlingkungan dan kesehatan untuk mengurangi penularan organisme penyakit di antara satwa liar, hewan domestik, dan manusia.

Aliansi EcoHealth (dahulu Wildlife Trust) berfokus pada penelitian dan pendidikan untuk melindungi keanekaragaman hayati dan terutama spesies yang terancam punah di tempat-tempat di mana kesehatan ekologis paling berisiko karena kehilangan habitat, ketidakseimbangan spesies, polusi, dan aktivitas manusia lainnya (http: // www .ecohealthalliance.org /).Misinya adalah untuk memberdayakan ilmuwan konservasi lokal di seluruh dunia untuk melindungi alam dan melindungi ekosistem dan kesehatan manusia.

Konsorsium untuk Konservasi Kedokteran berfokus terutama pada penyakit dan proyek baru untuk memperluas kesadaran akan dasar munculnya penyakit dan upaya yang rasional. Proyek utama Konsorsium termasuk penurunan amfibi, titik-titik penyakit menular yang menular, infeksi virus Nipah, sindrom pernafasan akut (SARS), perdagangan satwa liar dan perannya dalam penyakit menular yang baru muncul, dan proyek konservasi satwa liar di Yellowstone.


Keanggotaan Dokter Hewan dalam Asosiasi Margasatwa
AVMA melaporkan bahwa dari 79.432 anggotanya pada tahun 2009, 408mengindikasikan bahwa obat hewanadalah fokus utama pekerjaan mereka (AVMA, 2009d). Seperti disebutkan sebelumnya, tidak semua dokter hewan yang bekerja di alam liar adalah anggota AVMA. Banyak pendampingdokter hewan bergabung dengan AVMA untuk mengambil keuntungan dari paket asuransi yang kompetitif yang ditawarkan melalui Asosiasi.

Dua organisasi yang memberikan wawasan tentang tenaga kerja dokter hewan yang berfokus pada kesehatan populasi satwa liar terestrial adalah American Association of Wildlife Veterinarians (AAWV) dan Wildlife Disease Association (WDA).Di antara anggota merekaadadokter hewan pemerintah, dan yang lainnya bekerja untuk organisasi non pemerintah, kebun binatang, dan entitas lainnya. Keanggotaan di AAWV dibatasi untuk dokter hewan, dan adasekitar 175 anggota. AAWV ada untuk memperkuat kontribusidokter hewanterhadap kesejahteraan sumber daya margasatwa melalui pengelolaan, pencegahan, danpenelitian yang lebih baikdanrelevan dengan spesiesliar. Ini menekankan perlunya menangani penyakit secara proaktif. Ini juga menekankan perlunya habitat dan batasan yang sesuai untuk bahan kimia beracun. AAWV sangat mendukung program pengajaran yang lebih baik di perguruan tinggi kedokteran hewan, dan kolaborasi yang lebih efektif antara dokter hewanbidangsatwa liar, agen pemerintah, dan kelompokdemikepentingan sumber daya margasatwa.
AAWV menyelenggarakan lokakarya tentang metode diagnostik penyakit dan pertemuan tahunan yang menampilkan presentasi temuan penelitian dan laporan kasus. Pertemuan tersebut kadang-kadang digabungkan dengan Asosiasi Dokter Hewan Zoo Amerika (AAZV). Rencana strategis 5 tahun AAWV menekankan peningkatan keanggotaan melaluianggotabaru (AAWV, 2007).
Pendekatan yang diambil oleh WDA berkisar pada kenyataan bahwa petugas kesehatan satwa liar membutuhkan ahli lain dan ahli lain memerlukan dokter hewanbidangsatwa liar. WDA mensponsori Journal of Wildlife Diseases. Misinya adalah untuk mengakuisisi, menyebarkan dan menerapkan pengetahuan tentang kesehatan danmasalahhewan liar sehubungan dengan biologi, konservasi, dan interaksi mereka dengan hewan manusia dan hewan piaraan. Organisasi ini mencakup dokter hewan dan orang lain yang karirnya banyak memusatkan perhatian pada masalah penyakit satwa liar yang mempengaruhi spesies, permainan dan binatanglangkayang terancam punah, upaya konservasi, translokasi satwa liar, rehabilitasi satwa liar, taman zoologi, kesehatan masyarakat, peternakan, dan unggas. Keanggotaan WDA di tahun 2009, yang mencakup individu-individu dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, Eropa, dan Meksiko, adalah 1.331, di antaranya 587 orang Amerika dan 63 orang Kanada, ditambah 279 siswa, 170 dari Amerika Serikat dan 28 berasal dari Kanada (Dr. Edward Addison, Asosiasi Penyakit Satwa Liar, komunikasi pribadi, 2009).


Peran Dokter Hewan dalam Perawatan Hewan di Kebun Binatang
Di kebun binatang dan taman margasatwa, tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan memfasilitasi reproduksi, serta penelitian untuk mengatasi banyak kesenjangan pengetahuan, dibagi di antara dokter hewan, ahli biologi reproduksi, ahli gizi, teknisi, dan penjaga kebun binatang. Dokter hewan yang bekerja di sektor ini meliputi dokter, ahli epidemiologi, spesialis reproduksi, dan ahli patologi. Contoh kebun binatang yang lebih besar atau kebun binatang yang mempekerjakan beragam staf seperti Disney’s Animal Kingdom, San Diego Zoo dan San Diego Zoological Park, Wildlife Conservation Society (dahulu Kebun Binatang Bronx), dan Program Patologi Zoologi dan Patologi Kebun Binatang Universitas dari Illinois di Loyola University, bekerja sama dengan Brookfield dan Lincoln Park Zoos, serta Shedd Aquarium di daerah Chicago. Selain merawat hewan yangdipelihara, kebun binatang mendukung satwa liar melalui pendidikan publik dan penjangkauan kepada para pengelolahutan, umumnya dengan fokus pada spesies yang juga ditemukan di koleksi kebun binatang. Pekerjaan penjangkauan semacam itu sering mencakup pelatihan dokter hewan liar di dalam negeri. Kebun binatang juga menggunakan keahliandokter hewanuntuk mendukung program penangkaran yang menyediakan koleksi kebun binatang dan kebun binatang lainnya, menawarkan kesempatan untuk penelitian komprehensif tentang tantangan kesehatan yang dihadapi spesies terancam dan hampir punah, dan kadang-kadang berfungsi sebagai sumber hewan untuk menambah populasi alam liar.
Dokter Hewan yang Bekerja di Kebun Binatang dan Aquarium
Penilaianyangbaru-baru inidilakukanuntuk dokter hewan dan gaji yang mereka terima di kebun binatang dan akuariumdilakukan oleh McCain dan Ramsey (2008). Penulis menggunakan survei berbasis web terhadap 158 kebun binatang yang diakreditasi oleh Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium (AZA)dan 31 akuarium terakreditasi atau taman kehidupan laut di Amerika Serikat dan Kanada.

Berdasarkan tanggapan dari 124 kebun binatang dan 15 akuarium, survei tersebut menemukan total 274 dokter hewan yang dipekerjakan secara penuh, dan 96 dipekerjakan paruh waktu, termasuk dokter, dokter hewan non-klinis, dan ahli patologi. Membandingkan temuan mereka dengan survei tahun 1988, penulis menyimpulkan bahwa baik jumlah maupunpresentase dari kebun binatang yangmempekerjakan dokter hewan kebun binatang penuh waktu telah meningkat. Pada tahun 1988, hanya 45% (40 dari 89) kebun binatang memiliki setidaknya satu dokter hewan penuh waktu (Gentz, 1990), angka yang meningkat menjadi 59,7% (74 dari 124) pada tahun 2007. Mereka juga menemukan peningkatan pada jumlah kebun binatang yang mempekerjakan lebih dari satu dokter hewan fulltime, dari 13% pada tahun 1988 menjadi 34,7% pada tahun 2007. Selain itu, selama rentang waktu yang sama, rasio antara laki-laki dan perempuan di antara dokter hewan kebun binatang telah bergeser dari kelompok laki-laki yang didominasi laki-laki menjadi hampir 50 : 50. Para penulis melaporkan rentang gaji tahunan dokter hewan penuh waktu yang sangat luas di tahun 2007 – dari $ 20.800 sampai $ 150.000 (McCain dan Ramsay, 2008).


Keanggotaan Dokter Hewan Kebun Binatang di Asosiasi
Dari 77.972 anggota AVMA yang disurvei pada tahun 2008, hanya 209 yang menunjukkan pengobatandikebun binatang sebagai fokus pekerjaan utama (AVMA, 2008). Namun, indikator keterlibatan profesional yang lebih baik dalam pengobatan kebun binatang dapat ditemukan dalam keanggotaan American Association of Zoo Veterinarians (AAZV), yang memiliki tujuan untuk memajukan obat pencegahan, peternakan, dan penelitian tentang kedokteran hewan terkait dengan penangkapan dan pengobatan binatang buas; menyediakan forum untuk presentasi dan diskusi tentang masalah yang berkaitan dengan hewan liar yangdipeliharadan bebas; menerbitkan dan mendistribusikan informasi ilmiah yang berkaitan dengan perandokter hewandengan hewan liar yangdipeliharadan bebas; meningkatkan dan menegakkan etika profesional kedokteran hewan; dan, mempromosikan kesejahteraan umum dan konservasi satwa liar yangdipelihara danbebas. Keanggotaan AAZV terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir: ada 524 anggota pada tahun 1988, 754 pada tahun 1998, dan 915 di tahun 2008 (Dr. Robert Hilsenroth, American Association of Zoo Veterinarians, personal communication, 2009). Angka yang terakhir termasuk 197 anggota siswa, beberapa di antaranya memiliki gelar kedokteran hewan dan terlibat dalam studi pascasarjana, residensi, atau postdoctoral.


PeranDokter Hewan di EkosistemLaut dan Mamalia Laut
Dokter hewan di sektor ini biasanya memberikan perawatan untuk invertebrata air (moluska, krustasea, karang), sejumlah besar ikan, reptil air (terutama kura-kura), burung air (seperti bebek, penguin, puffin), dan mamalia laut (seperti berang-berang, pinniped, odontocetes). Dokter hewan air hewan lainnya bekerja di akuakultur untuk makanan dan restocking, dan di taman laut seperti Sea World yang menyediakan paparan umum untuk spesies laut. Peran yang berkembang bagi dokter hewan terletak pada patologi hewan air di fasilitas akuakultur dan akuarium, dan dalam menentukan penyebab lingkungan morbiditas dan mortalitas yang mempengaruhi keberlanjutan spesies air tawar, estuari, dan laut bebas.


Keanggotaan Dokter Hewan di Asosiasi Internasional untuk Hewan Air
Pada tahun 2008, ada 498 anggota Asosiasi Internasional untuk Kedokteran Hewan Perairan (IAAAM) yang mencakup 12 keanggotaan institusional (Pacifique Rugira, IAAAM, komunikasi pribadi, 2009). Jumlah mereka yang memiliki gelar DVM adalah 301 orang. Ada juga 102 anggota siswa. Di antara anggota IAAM adalah dokter hewan yang bekerja di kebun akuarium dan laut, dokter hewan hewan air lainnya, dan ahli lainnya. IAAAM, yang tidak menyimpan data tentang perubahan keanggotaan dari waktu ke waktu,menggambarkan dirinya sebagai “organisasi individu yang tertarik secara profesional dan mencurahkan banyak waktu untuk praktik kedokteran hewan air, pengajaran dan penelitian tentang obat hewan air, atau peternakan dan pengelolaan hewan air “(www.iaaam.org). Ada subunitun kesehatan ikan dari organisasi. Ahli kesehatan mamalia juga diwakili dengan baik di dalam IAAAM.

Seperti dicatat dalam situs webnya (www.iaaam.org), DVM dan PhDadalahsebagian besaranggotanya. IAAAM menyelenggarakan pertemuan tahunan, yang mencakup presentasi ilmiah,laboratorium basah, danproses. Selain itu, anggota IAAAM memiliki suara melalui Komite AVMA untuk Isu Lingkungan serta Kelompok Kerja Kejadian Mamalia Badak dari Administrasi Oseanik dan Atmosfer Nasional. Organisasi ini memiliki buletin bulanan dan menawarkan panduan kepada siswa yang tertarik dengan karir di bidang kesehatan hewan air.


Peran Dokter Hewan dalam Rehabilitasi Satwa Liar
Dokter hewan bekerja dengan beragam fasilitas rehabilitasi satwa liar di Amerika Serikat, di mana keragaman spesies dan dana yang tersedia untuk perawatan mereka memerlukan fleksibilitas danmasukakal. Pekerjaan tersebut melibatkan pengobatan langsungmaupunpembedahan untuk hewan yang disediakan untukdirawatserta studi kesehatan populasi berdasarkan data yang dikumpulkan dari hewan tersebut. Dokter hewan melayani baik peran klinis maupun administratif, danmereka dapat memandu aspek program pendidikan dan penjangkauanpublik. Ukuran tenaga kerjadokter hewanyang didedikasikan untuk rehabilitasi satwa liartidak jelas. Beberapa negara membimbing masyarakat untuk menyetujui fasilitas rehabilitasi satwa liar di mana perawatan hewan dapat diakses. Misalnya, Massachusetts telah membentuk jaringan rehabilitator satwa liar dan dokter hewan (http://www.mass.gov/dfwele/dfw/wildlife/rehab/wildlife_rehab_index.htm); dan di Wisconsin, rehabilitator satwa liar harus mengadakan perjanjian tertulis dengan dokter hewan konsultasi agar diberi lisensi(http://www.dnr.state.wi.us/org/land/wildlife/Whealth/rehab/VetAgree-2300298a. pdf).


Peran Dokter Hewan dalamToksikologi Lingkungan, Margasatwa, dan Ekologis
Toksisitas lingkungan sering dikonseptualisasikan sebagai studi tentang pengaruh kontaminan dari lingkungan luar atau sistem makanan terhadap kesehatan manusia. Namun, manusia secara rutin mengisolasi diri dari beberapa eksposur racun, mencuci tubuh mereka, menyaring udara mereka, memurnikan air mereka, dan makan makanan yang beragam. Hewanliartidak terlindungi dengan baik.Oleh karena pelatihan dan pengalaman mereka dalam pengobatan komparatif, serta ekstrapolasi rutin antara proses toksikologi hewan dan manusia, dokter hewan sangat sesuai untuk karir di lingkungan, satwa liar, dan toksikologi ekologi (Beasley, 1993, 2009).

Toksikologi mencakup studi tentang semua efek samping yang dimediasi secara kimiawi dari semua elemen dan senyawa pada semua bentuk kehidupan. Ekologi mencakup studi tentang berbagai interaksi kompleks, tidak hanya di antara spesies, tetapi juga komponen lingkungan yang tidak hidup. Dengan demikian, ekotoksikologi harus mencakup efek merugikan kimiawi dari semua bahan kimia pada semua bentuk kehidupan non-manusia, non-domestikasi, dan pada semua interaksi mereka satu sama lain, dan juga dengan lingkungan yang tidak hidup. Karena jumlah spesies dan interaksi yang terlibat, ahli ekotoksikologi harus membuat rekomendasi berdasarkan pengetahuan yang tidak lengkap. Variabel meliputi rangkaian bahan kimia yang terlibat, konsentrasinya di lokasi yang berbeda, iklim dan waktu tahun, dan komunitas biotik yang berisiko. Cara utama agar obat pencegahan di lingkungan, satwa liar, dan toksikologi ekologi tercapai adalah melalui peraturan ditambah dengan pilihan penatalayanan yang terinformasi dan bertanggung jawab oleh produsen dan pengguna bahan kimia.

Memahami efek kontaminan yang kompleks pada sel, jaringan, organ tubuh, sistem tubuh, organisme, dan interaksi antar organisme, tidak hanya dalamkonteks ekologis tradisional, namun juga dalam konteks ekologi penyakit menular membutuhkan dokter hewan untuk berkolaborasi dengan ahli lainnya. Dokter hewan berfungsi di bidang margasatwa dan toksikologi ekologis melalui peran dalam pengobatan diagnostik; penelitian toksikologi, patologi, dan epidemiologi mekanistikdan terapan; dan obat.

Ada banyak cara di mana ahli toksik lingkungan, satwa liar dan ekologi memusatkan karier mereka. Mereka mungkin mengkhususkan diri pada kelompok racun, seperti logam berat, limbah berbahaya, pestisida, penghambat endokrin, atau hidrokarbon polyaromatik, misalnya. Mereka mungkin berfokus pada pemantauan pemaparan dan dampak yang berkaitan dengan kerusakan pada sistem atau organ tubuh tertentu (misalnya sistem saraf, gonad, saluran reproduksi, ginjal, atau sistem pernapasan). Mereka mungkin mengatasi imunotoxicity dan kejadian / tingkat keparahan penyakit dari virus, bakteri, jamur, atau parasit. Sebagai alternatif, mereka mungkin berfokus pada efek tidak langsung dari kontaminan (melalui dampak pada tanaman, lingkungan mikroba, atau “mikropribator” yang biasanya mengkonsumsi patogen atau spesies vektor).

Beberapa ahli toksikologi, selain dokter hewan, diajari tentang penyakit menular, patologi sistem tubuh, dan patologi klinis dalam konteks diagnosis diferensial. Ketika dokter hewan bekerja sama dengan orang lain untuk memeriksa hewan bebas secara komprehensif, menggabungkan pemantauan kontaminan di media lingkungan dengan uji residu pada jaringan, ukuran kondisi tubuh, lesi bruto dan histologis, parasit dan patogen mikroba, mereka menemukan asosiasi unik di antara eksposur kontaminan dan lainnya. ancaman kesehatan (Rohr et al., 2008).

Satu masalah dengan pendekatan penelitian yang komprehensif seperti itu adalah tingginya biaya penyebaran logistik tim kolaborator dengan instrumentasi yang canggih. Tantangan lain adalah bahwa beberapa permutasi yang terjadi di “dunia nyata” tidak dapat direplikasi secara efisien di laboratorium. Konsentrasi bahan kimia mana yang beracun tidak hanya pada mamalia, burung, ikan, reptil dan amfibi, tetapi juga untuk invertebrata dan mikroba asli, merupakan pertimbanganpenting dalam mengevaluasi risiko yang berkaitan dengan bahan kimia yang dilepaskan dari aktivitas manusia ke daerah alami (koridor, sungai, cadangan, dll.). Satwa liar tidak hanya harus bersaing satu sama lain untuk menemukan makanan, tempat persarasan, dan pasangan, tapi juga merawat anak-anak mereka, hindari predator, dan bersaing dengan entitas penyakit menular. Karena ini terjadi tidak hanya di daerah yang masih asli, namun juga habitat yang padat, rusak secara fisik, ada kebutuhan yang lebih besar daripada melindungi mereka dari kecacatan tambahan yang terkait dengan eksposur terhadap kontaminan kimia.



BAB III
KESIMPULAN
Telah DiketahuiHubungan Antara Manusia – Hewan – Ekosistem
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan dalam Kesehatan Satwa Liar dan Ekosistem
Telah Diketahui Peran Dokter Hewan dalam Kesehatan Populasi Satwa Liar
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan dalam Organisasi Non-Pemerintah
Telah DiketahuiKeanggotaan Dokter Hewan dalam Asosiasi Margasatwa
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan dalam Perawatan Hewan di Kebun Binatang
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan yang Bekerja di Kebun Binatang dan Aquarium
Telah DiketahuiKeanggotaan Dokter Hewan Kebun Binatang di Asosiasi Margasatwa
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan di Ekosistem Laut dan Mamalia Laut
Telah DiketahuiKeanggotaan Dokter Hewan di Asosiasi Internasioal untuk Hewan Air
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan dalam Rehabilitasi Satwa Liar
Telah DiketahuiPeran Dokter Hewan dalam Toksikologi Lingkungan, Margasatwa, dan Ekologis

DAFTAR PUSTAKA
Adams, Lowell W. 2005. Urban Wildlife Ecology and Conservation: A Brief History of the Discipline. Urban Ecosystems 8(2): 139-156.

Agoramoorthy, G. and M.J. Hsu. 2005. Religious freeing of wildlife promotes alien species invasion. BioScience 55: 5-6.

Amory, C. 1974. Man Kind? Our Incredible War on Wildlife. New York: Dell Publishing.

Anthony, Lawrence with Graham Spence. 2009. The Elephant Whisperer: My Life with the Herd in the African Wild. New York: Thomas Dunne Books.

Arditi, Roger and Lev R. Ginzburg. 2012. How Species Interact: Altering the Standard View on Trophic Ecology. NY: Oxford University Press.

Balcolmbe, Jonathan. 2011. The Exultant Ark: A Pictorial Tour of Animal Pleasure. Berkeley: University of California Press.

Baron, David. 2004. The Beast in the Garden: A Modern Parable of Man and Nature. New York: Norton.

Barua, Maan. 2014. Bio-geo-graphy: Landscape, dwelling, and the political ecology of human-elephant relations. Environment and Planning D: Society and Space 32(5), 915-934.

Carson, Rachel. 1962. Silent Spring. Boston, MA: Houghton Mifflin.

Carter, Neil H. Carter, Jose Vicente Lopez-Bao, Jeremy T. Bruskotter, Meredith Gore, Guillaume Chapron, Arlyne Johnson, Yaffa. 2016. A conceptual framework for understanding illegal killing of large carnivores. Ambio, Published first online 16 November, DOI: 10.1007/s13280-016-0852-z.

Dalla Villa, P., S. Kahn, L. Stuardo, L. Iannetti, A. Di Nardo, A. and J.A. Serpell. 2010. Free-roaming dog control among OIE member countries. Preventive Veterinary Medicine 97, 58-63.

Decker, Daniel J. and Gary R. Goff (eds.). 1987. Valuing Wildlife: Economic and Social Perspectives. Boulder, CO: Westview.

Dehler, Gregory J. 2013. The Most Defiant Devil: William Temple Hornaday and His Controversial Crusade to Save American Wildlife. Charlottesville: University of Virginia Press.

Donlan, Josh C., Joel Berger, Carl E. Bock, Jane H. Bock, David A. Burney, James A. Estes and Dave Foreman. 2006. Pleistocene Rewilding: An Optimistic Agenda for Twenty-First Century Conservation. The American Naturalist 168(5), 660-681.

Dutkiewicz, Jan. 2015. Important Cows and Possum Pests. Society ; Animals 23(4), 379-399.

Eisenberg, Cristina. 2014. The Carnivore Way: Coexisting with and Conserving North America’s Predators. Washington, DC: Island Press.

Fiedeldey, Andre C. 1994. Wild animals in a wilderness setting: An ecosystemic experience? Anthrozoos 7(2): 113-123.

Fielding, William J., Jane Mather and Maurice Isaacs. 2005. Potcakes: Dog ownership in New Providence, the Bahamas. West Lafayette: Purdue University Press.

Fleming, P. and T. Korn. 1989. Predation of Livestock by Wild Dogs in Eastern New South Wales. The Australian Rangeland Journal 11, 61-66.

Galdikas, Birute M.F. 1996. Reflections of Eden: My years with the Orangutans of Borneo. Back Bay Books.

Gamborg, Christian, Clare Palmer, and Peter Sandoe. 2012. Ethics of Wildlife Management and Conservation: What Should We Try to Protect? Nature Education Knowledge 3(10):8.

Himsworth, Chelsea G., Kirbee L. Parsons, Claire Jardine and David M. Patrick.. 2013. Rats, Cities, People, and Pathogens: A Systematic Review and NarrativeSynthesis of Literature Regarding the Ecology of Rat-Associated Zoonoses in Urban Centers. Vector-Borne and Zoonotic Diseases 13(6), 349-359.

Himsworth, Chelsea G., Kirbee L. Parsons, Claire Jardine, and David M. Patrick. 2013. Rats, Cities, People, and Pathogens: A Systematic Review and Narrative Synthesis of Literature Regarding the Ecology of Rat-Associated Zoonoses in Urban Centers. Vector-Borne and Zoonotic Diseases 13(6), 349-359.

Jaclin, David. 2013. In the (bleary) eye of the tiger: An anthropological journey into jungle backyards. Social Science Information 52(2), 257-271.

Jalais, Annu. 2010. Forest of Tigers: People, Politics and Environment in the Sundarbans. New Delhi: Routledge.

Jerolmack, Colin. 2013. The Global Pigeon. Chicago: University of Chicago Press.

Kahler, J. S. and M. L. Gore. 2012. Beyond the cooking pot and pocket book: Factors influencing noncompliance with wildlife poaching rules. International Journal of Comparative and Applied Criminal Justice 35(2), 1-18.

Kahler, J. S., G. Roloff and M. L. Gore . 2013. Poaching risks in a community-based natural resource system. Conservation Biology 27(1), 177-186.

Kellert, Stephen R. 1985. Social and perceptual factors in endangered species management. Journal of Wildlife Management. 49: 528-536.

Kemmerer, Lisa (ed.). 2015. Animals and the Environment: Advocacy, Activism, and the Quest for Common Ground. New York: Routledge.

Linnell, John D. C., E. B. Nilsen, U. S. Lande, I. Herfindal, J. Odden, K. Skogen, R. Andersen and U. Breitenmoser. 2005. Zoning as a Means of Mitigating Conflicts with Large Carnivores: Principles and Reality. In Rosie Woodroffe, Simon Thirgood and Alan Rabinowitz (eds.), People and Wildlife: Conflict or Coexistence? 162-175. New York: Cambridge University Press.

x

Hi!
I'm Belinda!

Would you like to get a custom essay? How about receiving a customized one?

Check it out